BABARSIH BANUA KUMAI : BUDAYA YANG HAMPIR TERLUPAKAN
- Muhammad Asary
- Oct 17, 2016
- 3 min read

Beberapa hari lalu didaerah kami Kecamatan Kumai tepatnya tanggal 15 Oktober 2016 dilakukan sebuah prosesi upacara adat yang dinamakan dengan Babarsih Banua. Menurut Sulaiman (2011:2), Babarsih Banua adalah upacara untuk membersihkan banua ( kota ) dengan melakukan prosesi-prosesi adat. Melalui upacara ini diharapkan masyarakat penghuni banua ini akan hidup aman, damai, sejahtera, makmur dan dijauhkan dari berbagai macam malapetaka yang merusak. Kerusuhan etnik yang terjadi di Kumai dan Pangkalan Bun (Kotawaringin Barat) dipercaya karena mengabaikan upacara nyanggar dan babarasih banua ini.
Babarsih Banua dilakukan dengan membuat beberapa sesajen/hidangan yang akan di hanyutkan di sepanjang Teluk Kumai. Hal ini dimaksudkan untuk menjauhkan warga Kumai dan Pangkalan Bun terhindar dari malapetaka. Selain itu dibuat juga seperti replika kapal laut, dimaksudkan untuk melindungi para warga Kumai yang beberapa mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan agar bisa selamat dan hasil melautnya juga melimpah.
Upacara adat yang dilakukan setiap 5 tahun sekali ini selalu menarik perhatian yang cukup besar khususnya bagi warga Kumai. Bukan karena ritual adatnya yang hanya dilakukan setiap 5 tahun sekali tapi melainkan rangkaian acara nya yang unik dan juga dianggap sakral bagi masyarakat Kumai. Aku sendiri secara pribadi sangat senang dan bangga karena upacara adat ini yang masih terus terjaga dan dilestarikan hingga sampai saat ini. Tapi walaupun begitu ada keresahan tersendiri jika suatu saat upacara adat ini akan hilang begitu sendirinya. Kenapa aku mengatakan demikian. Inilah fakta dan realita yang terjadi dilapangan dimana pada era jaman modern sekarang ini para pemuda Kumai secara khusus, sudah tidak tertarik dan bahkan tidak mau tau tentang adat dan budaya ini yang sebenarnya adalah salah satu simbol dari kekayaan budaya dan adat istiadat dari kota Kumai. Contohnya saja, jika kita membuka internet atau Google untuk mencari arti atau sekedar informasi tentang budaya Babarsih Banua, kita tidak akan menemukan satupun informasi detail tentang Babarsih Banua. Adapun informasi yang sudah ada hanya penjelasan sedikit di buku salah satu Tokoh Kumai bapak Dr.Sulaiman Al-Kumayi, MA buku yang berjdul tentang “ISLAM BUBUHAN KUMAI”. Dalam buku inipun hanya dijelaskan singkat saja, sedangkan untuk informasi kegiatannya belum ada yang menjelaskan secara detail. Mungkin inilah salah satu kendala bagi para kaum muda yang tak mengenal istilah Babarsih Banua.


( Foto oleh Syahruddin Adenan )
Selain itu contoh lainnya teman-teman seumuran ku sekarang sama sekali tidak pernah mendengar tentang istilah Babarsih Banua. Padahal jika dilihat dari masa tahun kelahiran kami di tahun 90 an setidaknya jika dihitung mundur dari saat ini, maka ada 4 kali prosesi adat Babarsih Banua yang telah dilaksanakan selama ini. Hal ini terjadi akibat kaum muda zaman sekarang khsusunya di Kota Kumai yang sudah masuk dalam era zaman digital ini, merasa budaya dan upacara adat ini sudah tidak lagi mengasyikan. Sehingga mereka menganggap bukan sebuah hal yang dapat dibanggakan.
Para pemuda seakan lupa dengan jati dirinya, lupa dengan rasa menjaga dan memiliki terhadap kekayaan budaya para leluhurnya. Jika ditinjau dari aspek budaya, salah satu ritual adat Babarsih Banua ini dapat dijadikan sebuah Ikon/ciri khas dari keberagaman khas budaya Kumai. Banyaknya budaya-budaya barat yang lebih disukai para kaum muda zaman sekarang sebenaranya secara tidak langsung telah membuat para generasi muda zaman saat ini lupa akan jati dirinya. Sebenarnya aku merasa malu dengan beberapa rekan diluar negeri, khususnya di Negara Thailand. Para pemudanya disana sangat menjunjung tinggi sekali dengat adat istiadat setempat dimana mereka tinggal. Malah dibeberapa sekolah di Thailand ada kurikulum kesenian budaya dan daerah dimana para siswa nya wajib belajar dan memahami tentang budaya dan adat istiadat daerahnya. Sehingga kedepan diharapkan mereka mampu melestarikan warisan nenek moyang mereka untuk anak cucu dimasa akan datang.
Kedepannya kepada pemerintah, tokoh masyarakat dan khususnya kami para pemuda mampu bersinergi untuk membuat segala informasi, baik secara digital ataupun cetak secara khusus tentang budaya dan adat istiadat masing-masing daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat khususnya di daerah Kumai. Agar kedepannya para pemuda di Kotawaringin Barat dapat ikut andil untuk menjaga kelestarian budayanya.
Terakhir, khususnya bagi saya pribadi. Semoga kedepannya para pemuda Kumai dan Pangkalan Bun lebih mampu untuk memilih dan memilah segala proses perkembangan zaman yang seharusnya tidak mengesampingkan budaya dan adat istiadat kita. Kita boleh menerima segala peradaban zaman khususnya di era digital ini. Tapi setidaknya kita bisa mengutamakan kekayaan budaya yang diwariskan para leluhur kita. Terlepas dari aspek apapun, kita hanya dituntut dan belajar untuk melestarikan budaya.
Comentários